21.5.13

Bermalam Di Linggarjati



Traveling biasanya perlu nginep juga. Begitu juga kami ketika jalan-jalan ke Cirebon ini. Dari awal berangkat tidak ada diantara kami yang kepikiran buat nginep dimana. Boro-boro reservasi penginapan murah, yang ada malah pada cuek bebek semua. Pas hari menjelang malam baru kepikiran.

Untungnya ada Niko yang setia dengan tendanya. Jadi kita akan nenda di pantai Cirebon (pilihan yang ekonomis buat kantong kami). Tapi melihat pantai Cirebon yang ngenes banget kondisinya, maka kami putuskan nyari tempat lain saja. Om Usman, rekan Niko yang kebetulan tinggal di Cirebon juga bingung buat ngasih advice mau nginep dimana. Ide tercetus di kaki Gunung Ceremai arah pulang, padahal kami masih pengen ngerasain suasana Cirebon esok harinya. Niko mengusulkan Googling by smartphone nyari Sidomba, apa bisa buat camping atau nggak. Dan pencarian pun sepertinya membawa hasil. Sidomba cocok buat camping. Yess!!!


Kami pun meluncur jaya menuju ke tempat yang dimaksud. Namun sayang, kami malah datang pas waktu isya. Kami tanya ke security Sidomba, tapi rupanya tak diberi izin masuk, karena kami datangnya kemalaman. Kami memang harus reservasi dulu, minimal jam empat sore kepada pengelola. Dengan muka memelas pun rupanya tak mempan membuat security itu membukakan pintu masuk. Mereka juga sudah kontak atasannya namun tak diberi izin juga. Akhirnya kita nyari tempat yang lain.

Di jalan kami malah bingung mau camping dimana. Tercetus ide camping di Linggarjati. Om Usman tampak sibuk mengontak beberapa rekannya untuk menanyakan apakah tempat tersebut bisa buat camping dan bisa diizinkan jika sudah malam begini?


Akhirnya kami sampai di Linggarjati, petugas keamanan tanpa pertimbangan yang berat mempersilahkan kami buat camping di tempat ini. Alhamdulillah… thanks God.

Kami mencari spot yang cocok buat camping. Akhirnya nemu, lokasinya tak jauh dari mushola, dan jalan. Segera dua buah tenda didirikan. Soal mendirikan tenda memang tak ada masalah, soalnya kami memang sudah terampil mendirikan tenda, apalagi ada Chevy dan Niko yang pengalaman mendirikan tendanya sudah tak perlu dipertanyakan lagi.


Dua buah tenda sudah berdiri, namun perut lapar. Akhirnya kami membuka bungkusan hasil belanjaan dari minimarket yang semua orang sudah tau. Beberapa mie instan kami rebus, ditemani dengan cemilan ‘barang-pecah-belah’ semacem rempeyek dan keripik. Dari perut naik ke mata: kenyang+ngantuk. Kami bergegas menuju tenda, tidur hingga subuh menjelang.

Pagi sudah terang, tapi temen-temen yang lain pada masih ngeringkuk di dalam tenda. Sepertinya nggak peduli sama segernya udara pagi Linggarjati.



Tak lama kemudian, temen-temen yang lain pada keluar tenda. Khususnya yang ngerasa lapar. Dengan bahan baku sisa mie instan, telur dan roti tawar kita memasak. Om Usman mulai menunjukan ‘kasih sayangnya’ sebagai seorang ‘ayah’. Dia memanggang roti diatas trangia, kemudian mengoleskan selai atau susu cokelat dan menawarkannya kepada kami. Selain itu juga memesan kopi hangat dari warung sebelah yang mulai buka. Thanks ya Om…


Chevy yang dari malam didaulat menjadi ‘koki’ kami menunjukan bakatnya lagi. Kali ini memasak menu yang belum pernah kami temui di resto mana pun : telur-dadar-mie-sosis. Glek…!

Tapi nggak disangka, ternyata cita rasanya sungguh la to de zies… lazies! (meminjam istilah Benu Beloe). Sikat abis…




Oke, perjuangan mencari ‘penginapan’ sudah usai. Kami harus berpamitan dengan indahnya alam Linggarjati, terutama juga harus berpamitan dengan penjaga taman Linggarjati ini yang telah memperkenankan kami nginep di sini. Tenda di bongkar, sampah-sampah dibersihkan dan dibuang pada tempatnya. Save the earth guys…



***

Tidak ada komentar: