19.1.14

Curug Cileumpuyang


Ini merupakan little trip yang kedua kalinya untuk mengunjungai Curug Cileumpuyang. Beserta adik dan keponakan, kami menyusuri jalan aspal kecil dan masuk ke kebun warga untuk menuju curug (air terjun kecil) tersebut. Mungkin kali ini aliran air di curug tersebut agak deras, karena sudah memasuki musim hujan, pikir saya, yang berbeda pada kunjungan sebelumnya, dimana air yang mengalir sedikit karena musim kemarau. Namun rupanya dugaan saya meleset. Aliran air masih kecil, tapi tak sekecil sebelumnya.




Rupanya yang berbeda dan sangat mengejutkan adalah adanya pembukaan lahan untuk kebun dengan menebang pohon pinus disamping curug. Jembatan sementara terbuat dari kayu pinus dibuat, untuk memudahkan pengangkutan kayu. Miris memang melihat kondisi hutan yang mulai berubah fungsi. Namun aliran sungai masih bisa dikatakan belum terpengaruh oleh akibat pembabatan hutan tersebut. Setidaknya untuk kali ini.


Rupanya bukan kami saja yang mengunjungi curug yang berada di Kecamatan Cimanggu, Cilacap ini. Beberapa remaja juga datang untuk sekedar refreshing. Banyak yang merendamkan kaki kedalam segarnya air, juga ada pemuda yang mandi di cekungan batu curug.






Batu-batu besar dimana-mana. bahkan ada yang seperti bola raksasa. Untuk curugnya sendiri cukup landai dengan batu cadas sehingga masih aman jika mengajak batita kesini.

Tak berlebihan jika curug kecil ini menjadi ‘destinasi’ sebagian kecil orang atau mungkin pemuda. Alam masih cukup asri untuk dinikmati. Airnya masih bening, dan tetap mengalir walau di musim kemarau.





***

14.1.14

[Street Food] Ice Cream Koperasi KRB


Jika berkunjunga ke Kebun Raya Bogor, di hampir setiap sudut akan menemui Ice Cream Koperasi Kebun Raya Bogor. Ya…! Es krim ‘tradisional’ yang harganya murah-meriah, cukup Rp. 3.000,- per cone.





Dijajakan dengan etalasae sederhana dari kayu triplex yang dicat berwarna biru. Pilihannya pun cukup beragam: ada rasa susu, cokelat, vanilla, dan stroberi. Dan pelayanan yang disambut dengan ramah.

Jadi, jika terik dan lelah berkeliling Kebun Raya Bogor, bisa menikmati es krim ini. Baik sebagai penetralisir hawa panas, maupun sebagai asupan energi (dari gula). Happy weekend.








***

10.1.14

Gemericik Air Cilempek


Kabut masih menutupi sebagian hutan pinus. Embun pagi juga belum menguap terbawa udara ke atas. Namun waktu sudah tidak pagi lagi. Karena hari ini rasanya akan mendung.

Tentunya hal ini yang membuat hawa sejuk dan adem. Saya berhenti di jalan yang berada ditanah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Sawah dan sungai berada dibawah, sementara hutan pinus berada disana. Dengan kabut yang masih menutupi pucuk-pucuk pinus.





Perjalanan dilanjutkan, menuju terus kearah utara, hingga saya menhentikan sepeda motor di sungai Cilempek. Sungai kecil ini menarik saya untuk menyambanginya. Suara gemericik airnya membuat saya harus turun kebawah, ke aliran sungai. Memang harus hati-hati untuk turun menuju sungai, karena tak ada jalan setapak, dan juga licin.




Sungai Cilempek, merupakan sungai yang menjadi pembatas desa, Desa Pangadegan dan Desa Ujungbarang,  Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Sungai ini berada pada jalur arternatif menuju Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.






Kebetulan, disekitar sungai ini terdapat warung kecil sederhana yang menjual aneka cemilan gorengan dan minuman kopi atau teh. Jadi jika akan menuju Salem, Brebes, bisa singgah atau sekedar istirahat sambil menikmati indahnya pemadangan, sejuknya udara, dan suara gemericik air.


***

6.1.14

[Street Food] Sajian Hangat Pasar Cipanas


Cuaca hujan dan mendung seharian di Cibodas bikin lidah ingin merasakan sesuatu makanan yang hangat. Tercetus ide untuk berburu baso atau mie dengan kuah yang hangat. Namun lokasi untuk mencicipi menu yang tentunya sangat recommended ini berada di Pasar Cipanas, sehingga memaksa kami untuk sedikit ‘kerja keras’ untuk mendapatkannya.

Hanya satu kali naik angkot dari Cibodas, dengan trayek Cibodas-Pasar Cipanas, dan tak membutuhkan waktu lama kami sampai di tujuan. Masuk ke dalam pasar dengan gedung yang memiliki lima lantai ini. Jangan dibayangkan pasar yang satu ini kumuh dan becek seperti pasar tradisional lainnya, karena pasar ini berada di sebuah gedung, dengan lantai keramik yang bersih.

Kami menuju ke lantai tiga, terus jalan hingga kami pikir berada pada ujung sisi pasar. Hingga kami berhenti di sebuah kios dengan gerobak kaki lima, tertulis  Pondok Baso Inem Yono. Ini bukan inisiatif saya, melainkan Endang ‘Emon’ penduduk setempat yang sudah mengenal seluk-beluk pasar. Menu yang tersedia: Mie Ayam dan Baso, atau bisa combine keduanya: Mie Ayam Baso.

Kami menyantap menu ini dengan lahap. Dan memang rasa tak bisa dipungkiri, maknyus! kalau boleh meminjam istilah Pak Bondan, sang ahli kuliner. Mie Ayam Baso dengan baso urat yang besar dan enak. Untuk kuah basonya menggunakan kaldu sapi. Nikmat dan anget!




Di sisi yang lain kami singgah di Kios Cireng Isi (Mami). Disini kami memesan donat, pisang-goreng-cokelat, tahu-isi-pedas, cireng dengan isi ayam, istilahnya semuanya fresh from the oven, alias gorengan yang dibeli baru saja diangkat dari penggorengan, sehingga nikmat disantap saat masih hangat.

Soal harga memang murah meriah, cukup Rp. 1.000 per pcs, semua jenis gorengan. Apalagi penjualnya ramah dalam pelayanan. Juga tak segan-segan kami ambil gambarnya (foto).

Memang ini tempat street food yang cocok banget disaat musim hujan begini. Mungkin gak musim hujan pun cocok untuk menyantapnya, apalagi hawa di Cipanas dan sekitarnya yang dingin.











***