8.1.12

Serunya Rafting Dengan Suasana Ndeso Di Pekalen

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 12 jam dari Jakarta ke Surabaya dengan kereta api  dan masih di lanjutkan naik mobil elf dari Surabaya ke Probolinggo, kurang lebih 3 jam, kami akhirnya tiba di sebuah desa yang sejuk dan ditemani oleh riak air sungai yang menyegarkan raga. Memasuki jalan desa yang hanya pas untuk dua mobil kecil. Tibalah kami disebuah gapura kecil dari bambu dan beratapkan ijuk, dengan tulisan perusahaan yang jasa arum jeram, Regulo Adventure.

Ayo pacu adrenalin dengan rafting (Courtesy: Akar Rumput Adventure)















Dua mobil elf rombongan kami terparkir di area yang tak jauh dari sebuah waduk sungai. Dipinggir kanan ada tebing tanah yang tak begitu tinggi di pisahkan oleh sungai irigasi yang sisinya rapih tak alami. Di sebelah kiri, ada sebuah bale besar dengan berjajar meja dengan potongan kayu yang tampak apa adanya seolah menggambarkan akan kealamian tempat ini. Di pinggir bale dengan tiang bambu besar yang terbuka, juga ada sisi tembok dengan bata ekspos, juga di bawah pohon beringin besar yang menambah asri tempat ini, tersusun perahu karet. Selain itu disamping bale tersebut ada sejumlah peralatan rafting, mulai dari perahu karet, helm, dayung, dan lifevest.

Kami berjumlah sekitar 22 orang, sudah termasuk EO alias event organizer dari Akar Rumput Adventure (ARA). Kami menikmati makan siang ala prasmanan sebelum berpetualang di sungai Pekalen. Menu yang disuguhkan ndeso banget. Yang menarik adalah nasinya ada dua jenis pilihan yakni nasi jagung dan nasi putih biasa, atau bisa combine dua-duanya.  Saking ndeso-nya suasana yang dihadirkan, bahkan segala peralatan makan pun seperti piring, memakai anyaman bambu dan masakan yang ada di meja buffet memakai gerabah dari tanah liat. Aku memilih nasi jagung (kalau nasi putih kan sudah biasa), sayur lodeh, gorengan tempe dan tahu, goreng ikan, urap, dan tentunya sambal. Sambalnya unik tak begitu pedas namun segar, dan ditengahnya diberi taoge dan irisan kacang panjang. Sepiring porsi makan seperti ini rupanya tak cukup bagiku. Akhirnya aku nambah satu posri lagi (xixixi.....). Nikmat banget rasanya.

Tak hanya soal makanan yang bikin lidah bernostagia, namun minumannya pun membuat kami penasaran. Aku agak sedikit ketinggalan oleh teman yang lainnya ketika mereka menyeruput minuman hangat.

“Minuman apa nih?” tanyaku penasaran.

“Coba deh. Teh, tapi rasanya beda banget. Kayak ada ager-ager gitu

Setelah menyeruput beberapa kali, dan lidah mulai membaca rasanya, teh, namun pastinya menambahkan bahan-bahan lainnya (semacam rempah-rempah) karena ada sensasi hangat seperti jahe juga, tapi ada sensasi wangi-wangi lainnya juga. Dan tehnya pun tak begitu sepat.

Aku coba mencari jawaban atas rasa penasaranku ini. Tanya keseorang pelayan, eh... diapun tak tahu, malah menyarankanku untuk menanyakan langsung ke yang sang pembuat minuman itu. Lalu aku diantar ke sebuah dapur kecil dibalik tembok bata ekspos. Langsung deh... sang koki ibu-ibu menjelaskan teh itu. Itu adalah teh poka. Teh ini terbuat dari kayu manis, jahe, pandan, sere, dll, dan direbus. Jadilah rasanya unik. 

Menu makan siang ala buffet

Sepiring nasi jagung plus lauk-pauknya

Selamat makan

Teh poka

























































Tampak mobil Luxio meliuk dihalaman parkir. Tiga pemuda langsung bergabung dengan kami. Mereka adalah Caesar, Anggra (cewek), dan bule asal Belanda, Yuri. Menurut Niko (EO dari ARA) mereka juga ikut dengan kami, hanya saja mereka tak berangkat bareng dengan kita. Kita saling kenalan. Oh... ini yang namanya Caesar, orang yang konyolnya minta ampun ketika camping di Sempu, sampe-sampe masak pasir di malam hari, pikirku sambil mengingat apa yang diceritain Berry beberapa waktu lalu.

Selesai makan siang, kami diminta ganti kostum buat persiapan rafting. Tentunya bukan kostum rafting beneran, setidaknya kami harus memakai kostum yang tampak bisa diterima buat rafting, seperti celana pendek, kaos, dan sandal gunung. Kemudian ditambah lifevest dan helm rafting.

Lifevest dikencangkan supaya sewaktu tercebur ke air posisi kepala tetap nongol dipermukaan air, dan tidak melorot. Kemudian pasang helm, dan ikat di dagu, antara dagu dan tali helm cukup dua jari saja. Dan kami pun dibekali dayung satu persatu.

Kami dibagi tiga kelompok. Sebut saja kelompok Hary, kelompok Caesar, dan kelompok Aku (hehehe...). Tim dari Regulo Adventure memberi briefing singkat tentang teknik berarung jeram. Mulai dari cara memegang dayung yang baik dan benar. Bagaimanan cara mendayung maju dan mundur. Posisi memegang dayung yang aman ketika jeram sedang deras. Posisi badan/tubuh ketika jeram cukup ekstrim, atau yang disebut boom. Dan posisi kaki yang harus keatas dan kepala dipermukaan air ketika kita tercebur kedalam air. Juga bagaimana menyelamatkan teman yang tercebur. Sebenarnya sih aku tak paham betul apa yang dijelaskan. Ingin minta lagi diulang penjelasannya tapi nanti waktunya malah habis untuk berteori saja. Lebih baik langsung praktek ke lapangan.

Perlengkapan buat rafting


Briefing sebelum beraksi (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Ready for adventure (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Meluncur ke titik start (Courtesy: Akar Rumput Adventure)


























































Setiap tim nanti akan didampingi satu pemandu. Dan ada juga rescue team-nya beranggotakan beberapa orang, dan di perahu yang berbeda. Tim ini yang akan bertanggung jawab atas keselamatan para peserta. Menurut keterangan yang aku dengar panjang lintasan jeram sekitar 13 km, yang akan kami tempuh kurang lebih 3 jam. Makin lemes aja aku.

Semua peserta dan rescue team bergegas menuju pada sebuah mobil bak terbuka tua. Mobil ini yang akan mengantarkan kami ke titik start. Mobil melaju di jalan desa yang sempit, yang bila berpapasan dengan mobil lain maka salah satunya harus berhenti dahulu. Dan jalanannya kalah mulus dengan jalan tol. Tapi sepanjang perjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan alam desa yang masih asri. Kebun-kebun warga yang hijau. Dan gemericik air sungai. Juga sesekali melihat aktifitas warga yang sedang asyik mencuci pakain di sungai. Lagi-lagi suasananya ndeso banget....

Mobil berhenti, dan kami semua turun. Kami harus berjalan lagi yang kurang lebih ada sekitar 800 m. Menyusuri jalan setapak yang agak licin. Melewati beberapa pekarangan penduduk dan kebun-kebun yang hijau. Yah... lumayan itung-itung pemanasan. Riak air mulai terdengar, rupanya itu adalah Sungai Pekalen yang akan kami jelajahi.

Dimulai di titik yang cukup membuat adrenalinku terpacu. Dinding sungai dengan batu cadas yang menjulang tinggi. Riak air yang terasa cukup membuat petualangan ini menambah seru. Perahu karet mulai dinaiki satu per satu oleh semua peserta. Perahu mulai berjalan lancar, dengan sedikit sensasi rintangan kecil sebagai pemanasan.

Terus meluncur dengan dayung masing-masing dan sesekali mengikuti arus air. Hingga ditengah petualangan tiba di arus yang cukup membuat aku tercebur kedalam sungai. Tubuh berputar-putar didalam arus. Tanganku mulai berusaha mencari pegangan yang untungnya masih dekat dengan perahu. Kaki berusaha dinaikan ke atas namun apa daya tak bisa. Akibatnya kaki terbentur ke batu, begitu pula dengan bokong ini, pegel.... Alhamdulillah, pemandu tim kami segera bertindak melakukan langkah penyelamatan yang heroik (lebay...). Dia mengangkat tubuhku yang notabene lebih berat dari tubuhnya. Akhirnya aku selamat juga diatas perahu karet. Aku coba menenangkan diri. Dan teriakan semangat dari teman-teman lain seolah membakar spiritku kembali. Aku lanjutkan petualangan ini.

Yak...! Jadi deh Sungai Pekalen telah memberi kenang-kenangan sebuah cap dikaki kiri dengan ‘coretan’ berwaran merah, yang akan bertahan beberapa hari kedepan. Beberapa luka lecet kecil-kecil menempel di kaki manisku.

Petualangan terus berlanjut. Hingga disuatu titik kami harus berarum jeram bergantian tidak seperti sebelumnya yang beradu kecepatan. Rescue team berlalu terlebih dahulu. Nampak bahwa medan yang akan kami lalui terlalu beresiko. Entah apa yang dilakukan rescue team dibalik jeram itu. Satu per satu perahu kami meluncur. Dimulai tim Caesar, mereka melewati medan dengan sukses. Kemudian tim Hary, dan perahu mereka oleng oleh arus. Kelihatannya medan ini cukup sulit dilalui. Tiba saatnya tim kami, sedikit demi sedikit perahu masuk ke jeram yang cukup liar. Arus mengalir tajam ke bawah dan ditengah-tengah ada batu besar bercokol siap menghadang kami. Perahu kami tersangkut di batu besar itu. Aku dengan sigap memegang perahu, dan Mba Mun juga begitu. Sedangkan dua rekan lainnya segera hanyut dan diselamatkan oleh rescue team di pinggir sungai. Aku ditarik naik keatas batu tersebut. Dengan badan basak kuyup, dan jantung berdegub kencang, kaki bergemetar tak karuan. Setelah Mba Mun dievakuasi ke sisi sungai yang aman, berikutnya giliranku. Aku sih manut saja ikuti instruksi rescue team. Aku ditarik ke sisi sungai yang sama dengan Mba Mun. Rescue team kemudian bersigap membereskan peralatan rafting yang tersangkut di batu. Benar-benar medan yang ekstrim.

Tak lama kemudian kami sampai di ‘rest area’ Regulo Adventure, lumayanlah telah melewati setengah perjalanan. Kami berhenti dan naik ke atas pinggiran sungai. Tampak juga jembatan bambu dan saung bambu. Disitu sudah tersedia kelapa muda dan snack yang bentuknya bulat-bulat terbuat dari parutan singkong yang digoreng, yang isinya gula merah (entah apa namanya), dan dihidangkan di atas piring beralaskan daun jati muda. Lagi-lagi suasananya ndeso banget...

Tim Hary (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Tim Aku (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Tim Caesar (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Sempet-sempetin pose dulu sewaktu di 'rest area'
 (Courtesy: Akar Rumput Adventure)




























































Selesai makan cemilan yang ndeso dan menikmati segarnya kelapa muda, petualangan kami lanjutkan. Eitz... ada satu hal lagi yang bisa memacu adrenalin. Loncat dari jembatan bambu yang tingginya sekitar lima meter, dengan kedalaman air dibawahnya yakni sekitar empat meter. Karena ‘trauma’ dengan kejadian aku tadi yang tiba-tiba tercebur ke sungai, aku urung melakukan loncat dari jembatan itu. Namun semua kru tim Caesar melakukannya. Hebat euy... dua jempol buat kalian.

Arus yang kami lalui selanjutnya memang bisa dikatakan sangat friendly banget. Banyak arus tenangnya, dan jeramnya pun tak seekstrim yang sudah-sudah. Bahkan di medan ini kami malah sering saling menyiprati air dengan tim lainya, untuk menambah suasana seru.

Akhirnya kami sampai di titik finish. Di tempat semula kami datang dan briefing. Aku sempat bertanya kepada pemanduku tentang olahraga ‘liar’ ini.

“Regulo (Adventure) ini berdiri sejak kapan Mas?”

“Sudah (berdiri) sejak 2001”

“Siapa yang memperkenalkan Sungai ini (Pekalen) untuk rafting pertama kali?”

“(alm) Adji Masaid”

Well... Kami semua akhirnya membilas tubuh yang basah kuyup tak karuan ini di ruang bilas. Setelah itu kami menikmati hangatnya sore itu dengan tek poka yang rasanya tak bakal kami lupakan.

Sukses melewati jeram Pekalen (Courtesy: Akar Rumput Adventure)

Dapat sertifikat rafting





























Tak berapa lama kemudian seseorang dari Regulo Adventure memberi kami sebuah sertifikat rafting. Dengan kategori rafting Class II+. Seneng banget..... Ini pengalaman rafting pertamku.


Thanks to: Niko dan Sandhi (Akar Rumput Adventure) atas foto-fotonya, juga Regulo Adventure Team dan Akar Rumput Adventure atas suksesnya acara ini.

Tidak ada komentar: