Mendengar kata strobist,
kebayang langsung pada foto dengan
model, dengan lighting yang ditujukan
ke suatu objek dan area sekelilingnya gelap. Memang masih sedikit
perbendaharaan vocabulary fotografiku,
sehingga cukup sulit mencerna kata tersebut. Cukup lama juga untuk membayangkan
foto strobist ketika Niko mengatakan
akan hunting dengan bereksperimen strobist.
Aku diperkenalkan Niko
pada Mafi, dia seorang fotografer model. Awalnya Mafi tak mengakui bahwa ia
fotografer, namun setelah melihat kamera dan peralatan fotografinya, aku baru
tahu bahwa ia bukan fotografer sekelas diriku. Namun untuk strobist ia pun masih tahap mencoba, mungkin dasarnya sudah tahu,
tidak seperti aku yang langsung nyemplung
begitu saja.
Flash
radio trigger, receiver, flash, tripod, dan umbrella,
sudah siap sedia. Mafi membawa semua peralatan tersebut. Semuanya kit baru. Jadi masih seneng-senengnya
dengan fotografi ini. Bahkan tengah malam masih memotret dengan objek yang ‘alakadarnya’.
Tempat sudah ditentukan: Pelabuhan
Sunda Kelapa dan Cibodas. Namun model belum ada. Beberapa kali aku mendengar
Mafi menelepon seseorang yang kiranya bersedia jadi model, namun usahanya belum
berhasil. Hingga Niko mengusulkan Berry dan Vanessa untuk diajak jadi model, ia
pun berhalangan. Tapi kita tak mau ambil pusing dengan urusan model, hunting ini musti terlaksana.
Seperti kata pepatah, tak ada rotan akar pun jadi, tak ada
model teman pun jadi. Beberapa kali aku harus berpose ‘alakadarnya’ didepan
kamera mereka dan dihujani sorot lampu flash. Dan memang posenya tak ‘seindah’
model. But it’s not bad for begining. Kadang
kami pun bergantian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar