Selesai
membersihkan diri kami langsung makan siang. Beberapa staf mengantarkan menu
makan siang yang membuat air liyur menetes. Menu kali ini menu khas sunda:
sayur asem, karedok, tempe dan tahu goreng, ikan asin, ayam goreng plus
pasangan yang super serasi, sambal plus lalapn mentah. Untuk minuman ada sirup
melon dengan nata de coco dan agar-agar. Slurp!
Slowly but sure,
semua makanan yang dihidangkan ludes des!
Yanthi ngambil nasi sampe menggunung di piring. Dini yang ngambilnya dikit, namun sering nambah.
Soffur yang alasannya ‘sayang nggak
dimakan’ akhirnya menghabiskan karedok juga. Dan Claudio yang makannya agak
sedikit karena alasan masakan Indonesia yang strong (too spicy),
melahap juga kerupuk terakhir. Kalau aku yang pasti-pasti aja lah, cukup tiga biji tahu-tempe. Hehehe... Laper amat
sangat!
Capek dan kenyang,
adalah perpaduan yang sempurna buat nyari
bantal. Claudio rebahan di kursi. Melihat dia yang pengen istirahat, Utamie mempersilahkan kami menuju ke saung
penginapan yang ada di Caldera Rafting.
Tawaran yang bener-bener susah ditolak.
Saung penginapan Caldera Rafting sangat vintage. Semi terbuka. Dengan desain
semi tradisional, terdiri dari dua lantai, lantai bawah dengan lantai keramik
dan ada toilet, sedangkan lantai atas terdiri dari dua bilik, yang berisi
beberapa kasur empuk. Semi terbuka sehingga ada sirkulasi udara.
Sementara Claudio,
Soffur, dan Dini istirahat tidur siang. Yanthi ‘menyeretku’ diajak Utamie untuk
eksplor Caldera Rafting. Melihat
beberapa saung penginapan yang lainnya. Ada arena buat outbond, api unggun, meeting
room (indoor dan semi indoor), dan kolam tangkap ikan. Oh ya,
untuk outbond ada pemandu yang setiap
bulan games-nya diganti-ganti, jadi
kita nggak akan bosen. Juga bisa membeli cenderamata khas Caldera Rafting semacem
kaos di salah satu sudut taman.
Kami kembali ke
saung. Mereka bertiga akhirnya terbangun. Lalu kami ngobrol ngalor-ngidul. Gerimis turun. Suasanya sungguh adem.
Petang menjelang
saatnya pulang. Namun suasana petang di Caldera
Rafting memang romantis. Lampu-lampu di taman yang ditutup dengan daun
kelapa kering dan dari saung, menyala. Suasana jadi temaram. Romantic athmopshere. Bikin kami males pulang. Tapi sayangnya kami tak bisa menginap disini untuk
merasakan hawa ini, karena beberapa hal.
Walaupun rafting kali ini terasa absurd, namun suguhan dan layanan Caldera Rafting yang jempol banget sangat membekas di kami. Suatu saat
kami mesti nginep di sini. Suprisingly Caldera Rafting.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar