27.2.13

Koprol Di Pantai Pulomanuk



Pantai Pulomanuk sepertinya belum masuk destination list buat traveler jika ke Sawarna. Memang jaraknya cukup lumayan dari spot ‘perhentian’ Sawarna menuju ke arah Rangkasbitung. Apalagi jalanannya yang menanjak, sampe-sampe mobil yang kami tumpangi mogok saat melaju di tanjakan.


Mungkin ada alasannya Pantai Pulomanuk belum masuk destination list Sawarna, karena pantainya juga masih belum bersih, terlihat banyaknya sampah akar, kayu, plastik, di sepanjang pantai. Mungkin ini akibat dekat muara sungai yang membawa material yang hanyut terus hingga laut. Pantai ini masih sebagai pantai nelayan, terlihat dengan banyaknya perahu nelayan yang tertambat. Tetapi bukan berarti pantai ini tidak memiliki potensi wisata, apalagi pantai ini memiliki pasir putih yang lembut dengan hamparan pantai yang luas, dan pemandangan yang aduhai.




Kami berjalan mulai dari dekat muara sungai. Banyak berjejer perahu-perahu nelayan yang tak teratur disekitar muara. Banyak perahu yang difungsikan juga sebagai tempat jemuran baju, pemandangan khas kampung nelayan.


Para nelayan tampak ada yang bersantai di hamok, di bawah rimbunnya pohon. Duduk-duduk diatas bangku sambil bercengkrama dengan teman. Sebagian yang lain memperbaiki jaring yang kusut, juga memperbaiki jaring yang rusak. Juga ada yang mengecek kondisi perahu.

Kami terus berjalan menjauhi dari sekitaran muara. Selain karena banyak perahu yang tertambat, juga kami butuh area pasir yang agak landai. Biar aman dan puas buat mantai.


Ada yang main air, tapi nggak mau basah. Jadi cuma nyemplungin kaki doang. Ada juga yang cuma duduk-duduk diatas pasir memandang langit yang mendung dan samudera luas. Ada juga yang bikin huruf di pasir pake ranting terus kehapus oleh ombak. Kalau aku milih koprol aja, pengen ngerasain sensasi jumpalitan di atas pasir putih.


Sementara yang lainnya lagi memanfaatkan perahu nelayan buat foto-foto. mungkin biar bisa rubah picture profile di media sosial semacem facebook. Hadeuh...


Oke deh, kami nggak usah lama-lama disini. Soalnya musti nyari penginapan. Dan yang paling penting kudu nyari makan siang buat ngisi perut. Happy traveling guys!

21.2.13

Ada Apa Di Goa Lalay?



Sebenarnya aku males banget buat acara caving alias susur goa. Perasaannya tuh nyesek alias susah menghirup udara dengan keadaan didalam  tanah yang gelap, dan mungkin sempit. Apalagi pas lihat pintu masuk Goa Lalay yang cuma setinggi satu setengah hingga dua meter, plus ada aliran air, bikin makin ragu buat caving. Tapi demi harga diri daripada dibilang cemen, ya sudah mau gimana lagi, ikut aja yang lain.

Goa Lalay, memang salah satu destinasi non-pantai di Sawarna. Letaknya memang di antara perkebunan dan sawah warga. Disekitarnya suasananya sejuk saking banyaknya pohon, dan adem memandang padi yang hijau.


Satu per satu teman-teman mulai masuk ke goa. Kami harus masuk lewat pintu masuk yang sekaligus ‘pintu keluar’ aliran air. Padahal pintu masuk yang tak ada airnya juga ada, tapi lagi becek dan licin. Kami harus memaksimalkan penggunaan kaki. Maksudnya selain digunakan buat napak, juga sebagai indera peraba. Soalnya ‘lantai’ goa yang kami jelajah dialiri air, jadi tak kasat mata. Selain itu, memungkinkan supaya tak terpeleset karena lumpurnya licin atau tergelincir oleh batu. Jadi sandal atau sepatu tak akan membawa banyak manfaat buat caving.




Di dalam goa, kami mesti benar-benar membuka retina mata kami lebar-lebar, karena gelap dan hanya membawa dua lampu senter (sebenarnya itu juga sudah cukup). Untuk yang membawa barang elektronik semacam handphone atau kamera mesti ekstra hati-hati. Selain juga memperhatikan jejakan kaki supaya nggak kepleset terus kecebur air, juga mesti hati-hati supaya tidak kena air tetesan dari langit-langit goa.


Denger-denger biasanya di langit-langit goa banyak sekali kelelawar. Karena itulah disebut goa Lalay (kelelawar). Namun saat itu kami tak melihat makhluk mamalia yang bisa terbang itu. Mungkin sudah mulai terganggu karena kehadiran para wisatawan. Biasanya saat petang banyak kelelawar yang terbang disana.

Soal formasi dan bentuk batu, bentuk juga oke-oke banget.


Makin dalam makin gelap. Jadi kami memutuskan buat keluar, kembali ke pintu masuk goa tadi. Di dalam juga lumpur makin tinggi. Seperti beresiko juga. Kami keluar dengan celana basah kuyup.

2.2.13

Ah Poong Saat Petang



Waktu sudah sore, hasrat buat melipir ke Pasar Apung, Ah Poong, Sentul City, memang tak bis dibendung. Niatnya memang mau dinner disana, tapi suasana nggak memungkinkan karena ramainya pengunjung yang membludak. Mungkin karena lagi weekend kali.

Mulai dari parkiran yang susah mencari tempat buat memarkir kendaraan saking banyaknya pengunjung yang bawa keluarga. Hingga meja dan kursi yang sudah dikavling semua. Bahkan ada yang cuma satu orang makan aja, namun pake meja yang ada empat kursinya, mubazir banget. Padahal yang lain susah payah nyari tempat buat makan.




Ah Poong, memang destinasi wisata kuliner baru di Bogor. Sepertinya mengusung konsep pasar apung seperti di Lok Biantan, Kalimantan Selatan. Berada di pinggir sungai, dengan resto terbuka yang menghadap ke sungai. Ada perahu yang cocok buat nyantai keluarga mengarungi sungai yang tenang, plus ada properti perahu yang isinya sayur dan buah, jadi mirip pasar terapung. Dan kabar baiknya, properti ini sangat digemari bagi pengunjung buat berfoto narsis.


Mungkin bukan keberuntungan kami yang tak bisa menikmati dinner yang sedap dan menggoyang lidah. Ya itu tadi, sudah bad mood duluan gara-gara pengunjung yang over-load. Akhirnya kami hanya memesan snow ice dan tahu goreng. Itu pun kudu nunggu sekitar 40 menitan, dan makannya di dekat sungai. Sistem belinya kita harus deposit dulu di kasir utama, kemudian kita dikasih kartu untuk membelanjakannya. Ribet!

Matahari sudah mulai turun. Walaupun tertutup awan, namun langit biru dan pantulan cahaya orange di langit sungguh indah. Bidik sana-sini untuk menangkap momen sunset.





Agak maleman dikit suasanya cukup bagus buat foto yang ciamik (baca: hibur diri). Lampu-lampu Ah Poong diselimuti cahaya temaram emang indah. Plus aliran suangainya juga cukup dramatis.



Bukan hanya sunset dengan view Ah Poong saja yang menawan, tapi view sekitarnya juga tak kalah indahnya. Semisal view Masjid Andalusia sebagai alternatif lain.




Well tak banyak kan restoran yang punya pemandangan indah seperti ini. Apalagi jika berkunjung saat sore hari, bisa menikmati sunset. Jadi jika tak kebagian tempat buat dinner, yah... menikmati sunset-nya juga lumayan buat menghibur diri.