Walaupun ini bukan
dataran tinggi atau di pegunungan, kabut pagi itu menyelimuti desa yang masih
didominasi oleh kebun-kebun dan persawahan yang hijau. Hujan tadi malam
meninggalkan jejaknya berupa kabut yang lumayan tebal. Titik-titik embun masih
membasahi daun-daun. Pagi itu bisa dikatakan ‘sudah terang’ namun suasana misty masih terasa. Ya itulah suasana
yang hening di Desa Surusunda, Karangpucung, Cilacap.
|
Kabut tebal masih menyelimuti pagi di Surusunda, Karangpucung. |
Desa yang masih lekat
dengan kehidupan agraris, tetapi masyaraktnya juga sudah mengenal dunia modern.
Kehidupan juga masih terasa lambat pagi itu. Pagi masih sepi. Hanya ada
sebagian kecil aktifitas warga.
Anak-anak mulai berangkat
menuju ke sekolah disekitar, bergerombol dengan teman sebayanya sambil berjalan
kaki, atau mengayuh sepeda. Para petani dengan topi capingnya berjalan menuju
ke sawah dan ladang, sebelum hari mulai terik. Sementara toko-toko kecil dan
warung-warung kelontong mulai dibuka. Desa masih terasa sunyi.
Memakai jaket tebal,
dengan mengendarai motor, aku menuju ke desa tersebut. Subuh-subuh sudah
meluncur ke tempat tujuan. Niatnya untuk mengejar sunrise, pada golden hour,
namun apa daya, dewi fortuna belum memihak pagi itu, karena faktor cuaca dengan
adanya kabut.
Well...
Mungkin bisa dikatakan aku belum beruntung, tapi aku pikir, suasana misty bisa jadi momen yang patut
dibidik, toh... fotografi (landscape) bukan hanya bicara tentang golden hour (sunrise), namun yang tak
kalah penting adalah momen.
|
Para petani merawat padinya dengan mencabuti rumput penganggu. |
Beda waktu, beda suasana
(cuaca). Di pagi yang lain, aku bisa menikmati sunrise. Tepat di pinggir jalan yang tinggi dengan dataran rendah
disampingnya yang sebelah timur, berupa persawahan, dan diujung sana berjejjer
dataran tinggi dan pegunungan. Aku berdiri di atas tanah itu, di Desa Ciraja,
Karangpucung, menanti matahari terbit. Sedikit awan di langit, detik demi detik
matahari mulai muncul. Amazing....
|
Twilight Saga, sesaat sebelum sunrise, Ciraja, Karangpucung. |
|
Sunrise di Ciraja, Karangpucung. |
Suatu kali di musim
kemarau, namun cuaca mendung, dengan awan menghitam di langit, suasana sungguh apik. Di persawahan Cimanggu, tanah yang
mulai kering dan timbul belahan-belahan (rekahan) kecil. Pohon yang kering tak
berdaun dan saung yang digunakan sebagai tempat berteduh bagi para petani
ketika kepanasan. Kamera kembali membidik landscape
ini.
|
Daun meranggas di musim kemarau. |
|
Jerami padi yang dikeringkan tertumpuk rapi, Persawahan Cimanggu. |
Dengan jeli, aku juga
membidik yang lain. Jamur. Ya...
jamur ini tumbuh diantara jerami padi yang dibiarkan membusuk dipinggir sawah.
Tentunya, jamur-jamur itu tidak layak dikonsumsi.
|
Jamur yang tumpuh dari tumpukan jerami yang lembab. |
Menjelang siang,
lanjutkan perjalanan ke arah barat. Tiba di dekat Perkebunan Karet Desa
Ciawitali, Cilumuh. Aktifitas warga juga masih tradisonal. Perkebunan Karet
menghijau di kanan-kiri jalan. Namun sayang kondisi jalan memang tak mulus,
aspal sudah banyak yang lepas.
|
Andong melintasi jalanan Ciawitali yang rusak. |
Pemandangan persawahan
yang indah juga bisa dinikmati di Desa Boja, Majenang, juga Desa Banjaran,
Salem, Brebes. Kedua daerah ini menawarkan pemandangan persawahan yang yang
berundak. Dengan padi yang masih menghijau dan ada juga yang telah menguning.
Selain itu juga di sisi kanan kiri sepanjang perjalanan yang menanjak ini akan
disuguhkan pemandangan hutan pinus.
|
Padi yang mulai menguning di Desa Boja, Majenang. |
|
Hutan pinus tumpuh disepanjang jalan Boja. |
|
Saung petani di persawahan Desa Banjaran, Salem, Brebes. |
|
Masjid di bawah bukit, Banjaran. |
|
Lahan yang tinggi membuat area sawah menjadi berundak, Boja. |
|
Jemabtan tua nan kokoh di Boja. |
Sore menjelang. Ya...
tentu saja sunset yang diburu. Masih
di persawahan Cimanggu aku bisa menikmati sunset.
Selain itu juga yang paling indah, sunset
bisa dinikmati di Desa Negarajati, utara Cilumuh. Memang disini sudah
diperuntukan untuk menikmati momen ini. Posisi yang pinggir jalan, dengan area
yang lebih tinggi dari yang lainnya, bahkan persawahan dan rumah penduduk
berada di dataran yang rendah dan luas, sehingga pemandangan terhampar luas membentang
dibawah. Bangku sederhana dari bambu yang agak lapuk juga sudah tersedia
disini, sehingga bisa berleha-leha menikmati sore (sunset), dan sambil mencicipi kudapan yang dibawa sendiri. Tampak
juga beberapa orang (dan pemuda) berkumpul disini. Sepertinya mereka juga ingin
membunuh waktu sore dengan menikmati sunset.
|
Matahari sore di Persawahan Cimanggu. |
|
Awan mendung pada suatu sore, di Desa Negarajati, Cimanggu. |
|
Senja di Negarajati. |
|
Hari mulai petang di hutan pinus, Negarajati. |
Kumandang adzan menggema.
Aku beranjak menuju Masjid Mujahidin, Majenang. Masjid ini adalah masjid
kebanggaan warga Majenang. Posisinya tepat di samping alun-alun Kota Majenang.
|
Masjid Mujahidin, Majenang. |
Kegiatan memburu foto
saat pulang kampung, merupakan salah satu cara mengisi liburan, sekaligus
menyalurkan hobi fotografi. Sungguh menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar