Aku menyangka hanya aku
seorang yang mengunjungi Curug Cipendok pagi itu. Padahal, ini weekend, kok sepi banget? Di area parkir kendaraan juga hanya tampak sebuah mobil dan
sebuah motor. Warung disekitar curug juga tampaknya baru membuka dagangannya. Ditambah
ketika sampai di Curug Cipendok, hanya ada dua pengunjung.
Rupanya, aku ‘terlalu
pagi’ berkunjung ke Wana Wisata Curug
Cipendok. Pengunjung biasanya datang menjelang siang, atau sekitar
10:30-an.
Curug ini memang cukup
mudah diakses. Ambil jalan dari Purwokerto-Ajibarang, atau arah sebaliknya. Di Cilongok,
kita ikuti penunjuk arah ke Curug Cipendok, sekitar 10 km dari jalan raya. Kita
akan memasuki jalan-mobil-kecil, dengan kondisi jalan yang cukup mulus, dan
kadang banyak lubang. Ketika mendekati destinasi, jalan tanjakan akan terus
dijumpai. Kemudian melewati areal perkebunan yang diperuntukan untuk menanam
rumput gajah untuk pakan ternak. Tak jauh dari situ, lokasi Curug Cipendok
sudah dekat, tandanya kita akan menemui gapura, tempat loket karcis masuk
kawasan wisata.
Curug Cipendok terletak
di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Dapat ditempuh
dari Kota Purwokerto sekitar 25 km. Destinasi
ini berupa air terjun dari kaki Gunung
Slamet, yang dikelilingi oleh pemandangan alam dan hutan, kehidupan
tradisional masyarakat (tani) juga bisa disaksikan.
Dari lokasi parkir
kendaraan, kita harus berjalan kaki naik jalanan dan tangga berbatu yang ditata
rapih, sekitar 500 meter. Di samping, kita bisa melihat pemandangan persawahan
yang berundak. Sesekali kabut terlihat melayang didepan mata.
Udara lembab terasa
ketika memasuki kawasan curug. Kabut sesekali turun, namun tidak begitu tebal. Lumut
hijau yang ‘subur’ di area higrofit menyelimuti bebatuan. Ketika sampai di
Curug, titik embun air menerpa anggota tubuh bagai ‘sambutan hangat’ dari ‘tuan
rumah’. Sejuk...
Curug Cipendok |
Curugnya amazing banget. Memiliki ketinggian 92 meter,
air tumpah menghujam ke bawah begitu saja. Tampak juga bebatuan di pinggir air
terjun. Sinar matahari tampaknya tak diberi kesempatan menyinari, menjadikannya
lembab. Ketika turun maka harus berhati-hati karena pegangan tangga tidak ada,
dan kondisi jalan bebatuan juga basah (potensi licin).
Jalan setapak menuju Curug Cipendok & lumut yang tumbuh di atas batu. |
Nama Cipendok sendiri
berasal dari kata curug yang berarti air
terjun dan pendok yang berarti cincin
dari bilah keris. Konon menurut legenda, Raden Ranusentika menemukan pendok keris, dikawasan tersebut. Selain
itu juga beliau menemui seorang makhluk halus berwujud peri bernama Dewi Mesinten Putri Sudhem yang
bersedia membantu menyelesaikan pekerjaan pembukaan hutan tersebut. Akhirnya,
pekerjaan pembukaan hutan tersebut selesai. Kemudian Dewi Mesinten Putri Sudhem
menjadi garwa padmi (selir) Raden
Ranusentika, dan diboyong ke Kadipaten Ajibarang.
Untuk pengelolaan
sendiri, aku memang ajungkan jempol. Kawasan wisata ini masih dikelola oleh
masyarakat sekitar (eco-tourism). Oleh
karen itulah, kita akan terkejut melihat harga tiket masuk dan tiket parkir. Sebagai
catatan, parkir motor, setara harga parkir mobil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar