Mobil kami parkirkan di
plataran sederhana antara campuran batu dan tanah merah dekat pos tiket masuk
ke Situs Megalit Gunung Padang. Suasana cukup ramai, tampak pula satu rombongan
yang hadir. Suara adzan subuh telah menggema dari masjid sekitar. Seorang
petugas datang menghampiri kami, kemudian menunjukan kepada kami mushola untuk
sholat subuh.
Setelah membayar tiket
dan mengisi buku tamu kami mulai bergegas. Segara perlengkapan memotret dan
bekal untuk sarapan: roti tawar, keju, cokelat, minuman, cemilan kentang dan trangia, dimasukan ke dalam ransel. Kami
harus naik beberapa anak tangga menuju situs. Kami memilih untuk naik tangga
yang khusus peziarah dengan kemiringan yang mendekati 90o, dengan
jarak yang dekat dan cepat dicapai, dengan harapan tidak ketinggalan akan momen
sunrise, daripada harus menggunakan
tangga wisata yang agak landai namun jauh. Niko dan Zuhrie jalan melesat di depan,
sedangkan aku harus ketinggalan di belakang sambil sesekali berhenti. Maklum
sudah lama tidak ‘naik’. Pemandu dengan sabar disampingku sambil menyoroti
tangga yang tinggi untuk aku melangkah.
Semburat jingga tampak di
ufuk timur. Tak lama kemudian langit timur mulai didominasi warna orange yang cerah.
Bebatuan yang panjangnya
sekitar satu meteran, dan dengan diameter sekitar 20-40 meteran itu bertebaran
di area Situs. Bentuknya memang tak bulat namun biasa, mempunyai sisi empat
atau lima, namun dengan panjang sisi yang tak sama.
Situs Megalit GunungPadang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, akhir-akhir ini
banyak dibicarakan orang. Banyak sekali keunikan situs ini, seperti misalnya,
dalam situs ini banyak sekali berkaitan dengan angka lima: batu-batu yang
banyak bersisi lima, teras situs yang mempunyai lima teras, dan pemadanangan dengan
lima gunung.
Niko sangat asyik dengan
memotret teknik strobist. Dengan gear tambahan berupa flash external melengkapi aksinya,
berharap mendapatkan gambar yang jelas untuk objek ‘depan’ dan objek
‘dibelakang’ yang umumnya cerah atau ingin mendapatkan efek sinar dibelakang
objek, namun objek tetap tampak (bukan siluet).
Aku dan Zuhrie naik Gardu
Pandang yang terbuat dari baja dengan lantai kayu. Disini bisa melihat
pendangan situs secara luas dan panorama perkebunan. Tak lama kemudian matahari
muncul di balik bukit, di timur. Kami segera membidik momen itu dengan kamera
kami.
Ternyata dibawah alias
diarea situsnya, sunrise cukup indah
juga. Dengan siluet megalit dan
pepohonan yang ada.
Situs ini pengolaannya
cukup baik. Terlihat dari tidak adanya sampah yang berserakan, banyak sekali
tempat sampah yang disediakan, dan tidak ada vandalisme. Juga sesekali aku
lihat masyarakat yang membersihkan area tersebut.
Oh ya, hingga kini banyak
orang yang ziarah di Situs Megalit Gunung Padang. Mereka mencari ‘pencerahan’
dan mengharap berkah. Saat itu juga ada seorang yang duduk bersila dengan kedua
tangan di atas lutut. Duduk diatas batu yang datar. Diam tanpa bergerak selama
beberapa lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar