Spaghette
Akhirnya aku bisa bangun sesuai alarm handphone yang telah aku setting sehingga aku tak ketinggalan menikmati momen sunrise. Walaupun agak berat untuk membuka mata karena tengah malam tidurnya agak sedikit terganggu akibat gerimis yang turun membasahi aku dan Dan yang tidur di alam terbuka beratapkan langit. Bangkit dari tidur, aku memulai pagi ini dengan sholat subuh. Setelah itu kejutan datang menghampiri kami yang haus akan momen untuk fotografi. Langit Kepulauan Seribu tampak cerah, dengan bertaburan bintang-bintang.
Kali ini aku mencoba teknik bulb lagi, namun kali ini aku menahan shutter cukup lama –sekitar 15 menit-, sehingga diharapkan dapat menangkap efek bintang yang bergerak. Tak lama kemudian cahaya temaram fajar (twilight saga) menandakan akan adanya sunrise. Aku masih membidik dengan teknik bulb.
|
Bintang sebelum fajar |
|
Menanti sunrise |
|
Menikmati momen sunrise di dermaga |
|
Dari kiri ke kanan: Ale, Ma'mur, Hening, Hikmah, Fira, Dahlia,
Ambar, Vanessa, Berry, Dan dan Niko |
|
Masih asyik menikmati sunrise |
|
Kegiatan hunting foto |
|
Asyik sendiri-sendiri |
|
Formasi people stars |
Satu per satu teman-teman mulai bangun. Rupanya mereka pun tak ingin ketinggalan menikmati momen sunrise. Kami semua menuju ke dermaga kecil pulau itu. Disitulah kami menikmati detik demi detik sang mentari memulai tugasnya untuk menyinari kehidupan di planet ini. Kamera sudah siap, bahkan tak ketinggalan kamera yang ada di handphone-pun tak mau ketinggalan mengabadikan momen indah itu.
Hari mulai cerah, matahari mulai meninggi. Saatnya sarapan. Menu untuk sarapan kali ini adalah spaghetti. Tampak Vanessa, Berry, Dan dan Hening mulai sibuk merebus pasta dan memasak saus. Fira memotong sosis dan baso sebagai campuran sausnya. Niko sibuk membereskan tenda. Sedangkan aku kenagian nyupir alias nyuci piring yang kotor (fyuh...). Bahkan Vanessa dan Berry telah menyiapkan roti bakar plus olesan susu cokelatnya, sebelum menu sarapan utama matang.
Tikar telah direntangkan diatas pasir putih, dan menu spaghetti telah matang. Namun yang tampak aneh adanya pete bakar disamping makanan Italia itu. Jadilah spaghette alias spaghetti-pete. Perpaduan yang aneh, makanan Italia yang lembut dimulut dan sensasi aroma pete yang hmmm..... Soal rasa tak usah ditanya, intinya seru......!!!
|
Menyiapkan menu sarapan |
|
Spaghette |
|
This it, spaghette ala backpacker |
|
Beres-beres |
Ketika acara beres-beres, perahu motor yang menjemput kami telah sampai. Tampak juga orang yang datang dengan memakai boots safety shoes-nya, ciri khas orang proyek. Mereka bergegas menuju ke buldoser yang terdampar di satu sisi pantai. Mereka inilah yang akan mengerjakan proyek pemasangan kabel listrik bawah laut untuk electricity pulau pribadi itu. Yang memperkuat hal ini adalah adanya gardu listrik yang sudah beridiri tak jauh dari tenda kami.
|
Menuju dermaga |
|
Let's go to Botok Besar Island |
Semua barang telah dirapihkan didalam ransel. Setelah berpamita dengan penjaga pulau itu, kami segera bergegas menuju dermaga, dimana Pak Tua dan Pak Abu sudah menunggu kami untuk mengantarkan kami dengan perahu motornya menuju destinasi berikutnya yakni Pulau Botok Besar. Kami akan menikmati penangkaran elang bondol.
Bolos Dari Kelas Penangkaran Elang
Berlayar menuju Pulau Botok Besar tempat penangkaran elang bondol sekitar 30 menit. Menurut cerita pulau ini adalah pulau pribadi sebagai penagkaran elang, namun dibuka untuk umum.
Dari jauh pulau ini tampak besar dibandingkan Pulau Semak Daun, dengan sangkar besar yang berada di pantai dan langsung menembus kedalam air laut. Selidik punya selidik, sangkar berbentuk kubus ini adalah sebagai pelatihan elang untuk menangkap ikan.
Perahu motor merapat ke dermaga. Dermaga kecil di pulau ini berbeda dengan dermaga di Pulau Semak Daun, yakni sudah memakai beton. Tampak ketika kami melangkahkan kaki menuju gapura Pulau Botok Besar, ada tuiasan besar, Program Elang.
Memasuki pulau itu langsung disambut oleh petugas yang penangkaran. Juga tampak elang dengan warna bulu kepala dan dadanya yang putih, sedangkan sayap dari bulu punggung hingga ekornya berwarna cokelat. Penjaga muda dengan kulit hitam gosong khas orang pantai, dengan perawakan kurus namun tampak gagah itu dengan penuh antusias menjelaskan ngalor-ngidul mengenai elang itu. Mulai dari penyelamatan elang, mengisolasi elang yang liar dan diduga jerjangkit penyakit atau membawa penyakit yang dapat menular pada manusia, juga kisah tragis sang elang di tangan orang yang tak bertanggung jawab sampai-sampai harus memotong sayap sang elang. Juga penjelasan tentang pelatihan elang di penangkaran elang itu, seperti pelatihan terbang hingga cara menangkap mangsa seperti ikan di dalam air. Penangkaran elang ini masuk dalam JAAN alias Jakarta Animal Aids Network.
|
Pulau Botok Besar, tempat penangkaran elang |
|
Di gerbang Pulau Botok Besar |
|
Elang Bondol |
|
Kuliah singkat tentang elang dari petugas penangkaran |
|
Salah satu elang yang berada di kandang isolasi |
|
Kandang yang terbuat dari jaring polietilen yang langsung menembus ke
dalam air laut sebagai pelatihan elang menangkap mangsanya yakni ikan |
|
Tulisan 'Program Elang' menegaskan bahwa Pulau Botok Besar
didedikasikn sebagai penangkaran elang |
Jenuh juga mendengarkan sang petugas menjelaskan panjang lebar tentang kehidupan elang. Aku mulai mengundurkan diri dari kuliah tentang elang itu. Jelajah sisi lain pulau itu. Narsis dikuursi santai di dekat pantai. Tampak rumah yang telah lama tidak dihuni lagi dengan puing-puing yang terbengkalai, juga bertebaran rambu-rambu yang menandakan area isolasi yang tidak boleh dimasuki pengunjung. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan penyakit dari hewan kepada manusia.
|
Mendadak turis |
Setelah puas mendengarkan kuliah singkat itu, kini waktunya menuju ke Pulau Pramuka. Diperjalanan perahu motor mogok. Pak Abu segera bergegas menuju mesin perahu dan beberapa kali memberi instruksi kepada Pak Tua untuk menyalakan mesin. Tak lama mesin mulai menderu, dan perahu mulai berlayar kembali.
Sebelum sampai di Pulau Pramuka, Pak Abu menawarkan kami untuk singgah menikmati penangkaran hiu di Pulau Nusa Keramba. Sebelumnya kami sempat menolak menuju pulau yang ditawarkan ini, karena kami khawatir akan ketinggalan kapal yang menuju ke Muara Angke, namun ajakan Pak Abu sulit juga untuk ditolak. Akhirnya kami memutuskan singgah di Pulau Nusa Keramba namun hanya 15 menit saja.
|
Suasana diatas perahu motor |
|
Melihat penangkaran hiu di Pulau Nusa Keramba |
Sebenarnya ini bukan pulau, namun laut yang dangkal dan telah ada rumah apung diatasnya dan juga ada beberapa kolam (mungkin tepatnya keramba besar) yang berisi ikan laut. Mulai dari hiu, ikan Nemo dan Dory, dan ikan-ikan lainya.
Rasa haus yang amat sangat dengan terik matahari yang aduhai panasnya membuat tenggorokan ini kering. Dan rasa haus ini kami rasakan mulai dari meninggalkan Pulau Botok Besar karena persedian air mineral kami sudah habis. Turun dari perahu kami langsung menuju ke gerobak yang bertuliskan sup buah. Segarnya tenggorokan ini seperti hujan yang membasahi tanah yang kering kerontang.
Oh ya, makanan yang khas di Pulau Pramuka ini adalah dodol rumput laut. Bentuknya memang kotak kecil biasa. Rasanya memang kurang kuat rasa manisnya. Sedikit agak kenyal. Makanan ini juga bisa dijadikan sebagai buah tangan.
|
Dodol rumput laut yang dijual di Pulau Pramuka |
|
Jalan di Muara Angke di waktu sore |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar