Jalanan desa yang hanya
selebar mobil kecil terasa begitu menyiksa. Aspal terkelupas diganti dengan
batu-batu kecil, plus debu yang tebal, membuat siapa yang saja yang berjalan
harus mengenakan masker. Semak-semak mengering, banyak pepohonan yang
menggugurkan daunnya. Sungai kecil telah mengering, namun sungai besar masih
menyisakan airnya (sedikit). Ini bulan Agustus, puncak dari musim kemarau.
Itulah sedikit keadaan
Desa Bantarmangu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Desa tersebut tak jauh
dari Jalan Utama Jalur Selatan Jawa. Jarak dari Jalan Utama, kira-kira 2 km,
desa tersebut bisa dijangkau dengan mudah, namun untuk menuju kesana tidak ada
angkutan umum selain ojek atau mobil bak terbuka. Mobil bak terbuka hanya pada
jam-jam tertentu saja, seperti pagi hari saat penduduk akan berniaga, menjual
hasil bumi ke desa lainnya. Untuk ojek ada selama 24 jam.
Jangan dibayangkan desa
ini jauh dari ‘peradaban’ walaupun mungkin melihat kondisi jalanan yang rusak.
Rumah-rumah penduduk rata-rata sudah berdinding tembok, dan warga sudah memiliki
motor. Mata pencaharian mereka kebanyakan bertani. Selain itu juga merantau ke
kota.
Sore itu, anak-anak kecil
tampak asyik mandi di sungai, tepatnya di dam, dekat Jembatan Kali Kawung. Air
memang sedikit, namun adanya cekungan dekat dam membuat air yang tertampung
bisa untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci dan mandi, bahkan ada yang memancing
dan memelihara ikan (sedikit) di dalam keramba sederhana.
Tak peduli apakah ini dikatakan
pornografi atau apa, tak sehelai pun kain yang menutupi anak-anak itu berenang.
Melompat dari atas dam, saling menceburkan diri ke air, atau lomba renang
hingga suatu titik. Di sisi lain, ibu-ibu tampak sibuk mencuci pakaian. Tiga
pria berdiam duduk santai diatas batu, menunggu ikan memangsa umpan pada kail
mereka.
Tak jauh dari situ, ada
tanah lapang. Para remaja bersepatu dan perpakaian olahraga asyik memainkan si
kulit bundar. Olah raga sore memang menjadi kegiatan rutin remaja disini.
Lapangan dengan rumput yang mulai mengering dan gawang tanpa jaring. So simple.
Sunset,
memang tempat ini unrecomended buat
kegiatan hunting foto. Sulit mencari
objek yang ciamik. Karena di sebelah barat
sudah ada bukit yang menghalangi moment
matahari tenggelam. Jika sedikit jeli, dan mau naik ke atas tanah yang sedikit
tinggi maka akan mendapatkan sunset, namun itu pun tak ‘seberapa’. But itu pun tak bakal mengecewakan kok!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar