Kami
dibuat pusing menemukan Keraton Kanoman Cirebon ini, karena lokasinya yang
berada di belakang pasar, dan tak ada papan penunjuk menuju kesana. Seperti di
dalam labirin dan mencari jalan keluar.
Dengan
menggunakan peta ‘ala Dora The Explorer’ -tanpa skala-, kami sudah berada di jalan
yang tepat menuju ke keraton. Ya itu tadi, ketiadaan papan penunjuk arah
membuat kami keluar ‘area’ sehingga kami perlu menggunakan GPS alias gunakan
penduduk setempat.
Tanya
kepada enchi-enchi dengan perawakan
sederhana, dia menjelaskan bahwa kami harus memutar kembali. “Lokasinya berada
di belakan pasar mas” katanya. Dibantu seorang ibu yang dengan gamblangnya
menjelaskan secara detail rute menuju ke keraton.
Sesuai
saran, kami mengikuti arah jalan yang tadi kami tanyakan itu. Tiba di sebuah pasar,
karena kekurang-pede-an, kami
menanyakan kembali pada seorang petugas parkir. Tada….!!! Rupanya sudah deket.
Tinggal masuk ke dalam pasar sudah sampai.
Sekilas keraton ini terlihat tidak terurus:
rumput-rumput tinggi, pagar yang usang, sampai daun jatuh di pelataran yang
belum di sapu dll. Terlihat ada beberapa pekerja yang sedang mengecat gapura
keraton.
Masuk
ke halaman yang agak dalam, juga terlihat sepi. Mobil-mobil (dinas) terparkir
tidak pada tempat semestinya, sehingga terkesan tak ada penataan. Padahal
bangunan ini merupakan cagar budaya yang patut dilestarikan.
Di
sampingnya terdapat Gedung Museum Keraton Kanoman Cirebon. Koleksi benda-benda
pusaka keraton terpajang disini: kereta, peralatan perang, hingga alat-alat
musik tradisional.
Terlepas
dari banyaknya hal-hal tadi, menjaga benda-benda sejarah merupakan tanggung
jawab kita bersama (Yups…!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar