16.5.13

Berpeluh Di Tiga Pulau



Sejak menjejakan kaki di Pulau Kelor matahari sudah meninggi, tentunya berefek pada keluarnya peluh dari tubuh. Namun antusias untuk menjelajahi rangkaian tiga pulau yang memiliki sejarah kelam dari penjajah Belanda atas Batavia ini, terik bukan halangan yang menyurutkan kami.



Pulau Kelor, yang hanya seluas sekitar empat kali lapangan futsal ini merupakan pulau yang diprediksi 20 tahun mendatang bakal hilang. Puing benteng di salah satu sisi, terlindung oleh semak-semak dan pohon menjadi bukti bahwa dulu pulau ini sebagai pertahanan. Garda depan untuk melindungi Batavia dari serangan musuh.


Spot ini juga yang sekarang banyak digunakan untuk pemotretan preweding. Memang nggak salah kalau spot ini sangat recommended buat foto (prewed), dengan latar belakang puing bata merah menjadikan spot yang ‘indah’ untuk masuk ke dalam frame. So, bukan para pasangan saja yang mau mengabadikan moment mereka disini, ternyata kami tergiur juga. Fyuh..!!!


Tembok-tembok lapuk, berlumut dan warna putih memudar, menjadi saksi bisu karantina jemaah haji pada masa penjajahan Belanda. Ini merupakan bekas rumah sakit untuk para jemaah haji satu-satunya di Pulau Cipir. Terlihat ruang-ruang kecil seperti bekas kamar-kamar pasien.






Berbeda lagi di Pulau Onrust, yang memiliki makam-makan bangsa Belanda. Yang terkenal adalah seorang wanita bernama Maria Vande Velder. Bahkan hingga kini kuburan itu sering jadi tempat ‘ngalap berkah’. Tampak adanya bekas persembahan: lilin dan botol air mawar. Kurang kerjaan banget!





Well, cuma Pulau Cipir dan Onrust yang memiliki pepohonan yag rimbun, sehingga cukup buat melindungi diri dari teriknya matahari. Namun siang itu cukup panas sehingga hawa gerah tetap terasa. Peluh tetap nyucur.


Memang sudah umum dan jamak jika ketiga pulau ini: Kelor, Cipir, dan Onrust menjadi destinasi historical travel. Cocok sekali buat edukasi mengenal sejarah Jakarta. Apalagi belajar sejarah sambil berwisata menjadikannya nggak ngeboringin. Agree!!


***

Tidak ada komentar: