Subuh-subuh pintu
penginapan kami sudah di gedor dari luar. Rupanya Kang Tatas, sang guide kami. Oke! Sesuai ittinery pagi ini kami musti bangun lebih
pagi, biar nggak ketinggalan for hunting sunrise in Lagoon Pari.
Memang ragu juga apakah
akan ketemu sunrise atau nggak. Soalnya, dari tadi malam hujan
rintik terus mengguyur Sawarna. Dan subuh ini pun udara basah khas ‘jejak’ hujan
sudah kami rasakan. Bahkan seseorang yang ada di parkiran mobil pun berujar
bahwa tak mungkin dapat sunrise jika cuaca
begini. Tapi kami selalu optimis, sunrise
pasti ada!
Masuk ke rumah-rumah
penduduk. Sekali lagi kami harus nyebrang
jembatan gantung. Menyusuri terus jalan mirip gang yang sudah dicor. Kemudian
di persimpangan kami harus memilih jalan yang berbatu. Menuju ke tengah
perkebunan warga. Menanjak dengan jalanan yang becek. Sandal terpaksa aku
lepas, supaya telapak kaki lebih leluasa menjejak. Gelap, becek, berbatu,
menanjak, lengkap sudah perjalanan kami.
Di puncak bukit, ada
secercah cahaya jingga khas matahari terbit. ‘Kami pasti ketemu sunrise’ dalam hati aku optimis. Namun sayang
langit jingga itu segera tertutup awan, dan gerimis turun. ‘Pupus sudah bertemu dengan sunrise’.
Tiba di Lagoon Pari kami
disuguhkan oleh warna jingga yang menyala di sebelah timur. Dibalik hutan.
Namun pemandangan langit ini tak ‘berumur’ lama. Hanya beberapa menit saja,
kemudian hitam tertutup awan mendung lagi.
Lagoon Pari memang
menawarkan landscape yang menawan.
Pantai berpasir putih, dengan bentang pantai yang cekung (agak sedikit menjorok
ke darat) di sebelah timur dan barat terhampar karang yang jika surut akan terlihat
biota laut yang terperangkap di cekungan karang. Beberapa hewan-hewan yang terlihat
oleh kami seperti ikan-ikan kecil, laba-laba laut, kepiting, keong, belut laut,
juga teripang atau timun laut.
Kami melipir ke sebelah
barat. Terhampar karang, dengan cekungan dan banyak tamanan air mirip lumut,
terasa seperti karpet ditelapak kaki. Jadi berjalan dengan kaki telanjang pun nggak akan terasa perih.
Langit masih mendung.
Bahkan gerimis sempet pula turun.
Kami berjalan menuju ke sebelah timur. Menuju ke Karang Taraje. Melintasi pasir
putih dan karang-karang.
Di Karang Taraje ombaknya
besar khas Pantai Selatan, menghempas batu karang. Hembusan anginnya cukup
besar, plus bawa titik-titik air.
Tak lama kemudian
matahari sempet nongol dibalik celah
awan. Setelah hujan kemudian ada matahari, maka terbitlah pelangi. Lengkung
sempurna, menyajikan pemandangan lain di langit. Pelangi muncul tiba-tiba di
sebelah barat. Mejikuhibiniu, itulah
singkatan untuk memudahkan menghafal warna-warna pelangi, teringat pelajaran
ketika SD. Perfect!
Tak terasa kami sudah berlama-lama
membunuh waktu di Karang Taraje. Matahari pun rupanya sudah agak meninggi.
Sudah tidak mendung lagi, tapi nggak
terasa terik. Kami menuju ke saung di Pantai Lagoon Pari. Kali ini kami harus
sarapan, dan sebagai penutup trip
pagi ini, kami berenang dan bermain body
surfing. Perfect holiday!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar