19.3.13

The Dance Of The Sky



Subuh-subuh pintu penginapan kami sudah di gedor dari luar. Rupanya Kang Tatas, sang guide kami. Oke! Sesuai ittinery pagi ini kami musti bangun lebih pagi, biar nggak ketinggalan for hunting sunrise in Lagoon Pari.

Memang ragu juga apakah akan ketemu sunrise atau nggak. Soalnya, dari tadi malam hujan rintik terus mengguyur Sawarna. Dan subuh ini pun udara basah khas ‘jejak’ hujan sudah kami rasakan. Bahkan seseorang yang ada di parkiran mobil pun berujar bahwa tak mungkin dapat sunrise jika cuaca begini. Tapi kami selalu optimis, sunrise pasti ada!

Masuk ke rumah-rumah penduduk. Sekali lagi kami harus nyebrang jembatan gantung. Menyusuri terus jalan mirip gang yang sudah dicor. Kemudian di persimpangan kami harus memilih jalan yang berbatu. Menuju ke tengah perkebunan warga. Menanjak dengan jalanan yang becek. Sandal terpaksa aku lepas, supaya telapak kaki lebih leluasa menjejak. Gelap, becek, berbatu, menanjak, lengkap sudah perjalanan kami.

Di puncak bukit, ada secercah cahaya jingga khas matahari terbit. ‘Kami pasti ketemu sunrise’ dalam hati aku optimis. Namun sayang langit jingga itu segera tertutup awan, dan gerimis turun. ‘Pupus sudah bertemu dengan sunrise’.

Tiba di Lagoon Pari kami disuguhkan oleh warna jingga yang menyala di sebelah timur. Dibalik hutan. Namun pemandangan langit ini tak ‘berumur’ lama. Hanya beberapa menit saja, kemudian hitam tertutup awan mendung lagi.


Lagoon Pari memang menawarkan landscape yang menawan. Pantai berpasir putih, dengan bentang pantai yang cekung (agak sedikit menjorok ke darat) di sebelah timur dan barat terhampar karang yang jika surut akan terlihat biota laut yang terperangkap di cekungan karang. Beberapa hewan-hewan yang terlihat oleh kami seperti ikan-ikan kecil, laba-laba laut, kepiting, keong, belut laut, juga teripang atau timun laut.




Kami melipir ke sebelah barat. Terhampar karang, dengan cekungan dan banyak tamanan air mirip lumut, terasa seperti karpet ditelapak kaki. Jadi berjalan dengan kaki telanjang pun nggak akan terasa perih.

Langit masih mendung. Bahkan gerimis sempet pula turun. Kami berjalan menuju ke sebelah timur. Menuju ke Karang Taraje. Melintasi pasir putih dan karang-karang.

Di Karang Taraje ombaknya besar khas Pantai Selatan, menghempas batu karang. Hembusan anginnya cukup besar, plus bawa titik-titik air.


Tak lama kemudian matahari sempet nongol dibalik celah awan. Setelah hujan kemudian ada matahari, maka terbitlah pelangi. Lengkung sempurna, menyajikan pemandangan lain di langit. Pelangi muncul tiba-tiba di sebelah barat. Mejikuhibiniu, itulah singkatan untuk memudahkan menghafal warna-warna pelangi, teringat pelajaran ketika SD. Perfect!





Tak terasa kami sudah berlama-lama membunuh waktu di Karang Taraje. Matahari pun rupanya sudah agak meninggi. Sudah tidak mendung lagi, tapi nggak terasa terik. Kami menuju ke saung di Pantai Lagoon Pari. Kali ini kami harus sarapan, dan sebagai penutup trip pagi ini, kami berenang dan bermain body surfing. Perfect holiday!




Tidak ada komentar: