Sebenernya kami agak
kesiangan buat hunting kegiatan
jual-beli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Minggu pagi ini kami musti bangun
lebih awal. Bangun subuh dan segera bergegas menuju tempat yang dimaksud. Udara
dingin pagi cukup lumayan membuat aku harus mengenakan jaket. Hujan semalam
meninggalkan sisa hawa dingin.
Motor diparkirkan dekat
gerobak yang menjual kopi dan gorengan. Ibu-ibu dengan perawakan gendut namun
kecil mengarahkan motor kami supaya tertata rapih. Segera kami duduk-duduk
sambil memesan kopi-susu yang hangat sekedar mengusir hawa dingin.
Memperhatikan suasana pasar dan sesekali mengklik
shutter kamera. Mata terus mengawasi suasana, awas mengamati momen. Seakan
tak ingin ketinggalan momen.
Kami juga sempet ngobrol dengan Ibu yang
mengarahkan parkir motor kami. Ia cukup ramah. Di depan kami adalah lapak
penjual daging ayam. Sibuk memotong bagian tubuh ayam pesanan pembeli.
Sedangkan disamping kami penjual sayuran yang segar-segar seperti baru dipetik
kemarin. Bahkan Ibu penjual daging ayam itu mengira bahwa kami wartawan,
mungkin ia menilai kami dari kamera yang kami bawa. Dan kami hanya tersenyum
saja menanggapi komentar Ibu tersebut.
Tak lama kami beranjak
dari tempat ngopi. Mencari momen.
Kami tak jalan sendiri-sendiri, selalu berdekatan. Resiko juga kalau jalan
sendiri-sendiri, dipepet preman pasar
bisa berabe kan urusannya.
Semrawutnya pasar, becek,
kumuh, dan penuh sampah bekas sayuran menjadi pemandangan yang umum pasar di
negeri ini. Namun inilah denyut nadi perekonomian masyarakat. Transaksi
berlangsung dengan dasar tawar menawar, yang kadang sulit dijumpai di era yang
serba monopoli seperti di minimarket, supermarket dan mal-mal lainnya.
Lampu-lampu lapak mulai
padam. Langit juga sudah mulai cerah. Malam bertransformasi menjadi siang
melalui pagi. Kegiatan pasar juga sudah mulai surut. Transaksi mulai memudar.
Terpal-terpal lapak mulai dibereskan. Dan petugas kebersihan mulai menyapu
sampah-sampah sisa-sisa barang dagangan. Semua membawa hasil jual-beli kali
ini. Mengikatnya dijok belakang motor atau mengangkutnya dengan mobil angkot.
Dibawa pulang untuk menyiapkan menu keluarga atau menjualnya kembali.
Dan kami pun bergegas
meninggalkan pasar ini.
See
more our photos at katalensa.com and follow @katalensa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar