13.3.13

Cloudy Tanjung Layar



Mandi, makan siang, dan istirahat sebentar dengan tidur siang sudah cukup buat memulihkan stamina. Aku keluar kamar Penginapan Angsana namun sudah disambut oleh gerimis, padahal rencananya kami mau hunting sunset di Tanjung Layar. Kami menunggu hingga hujan reda, dengan duduk dan bercengkrama di depan penginapan.

Penginapan Angsana memang cukup cozy menurutku. Ukuran kamar standar dengan double bed plus kamar mandi di dalam. Ekteriornya bergaya vintage dengan bata ekspos. Terdiri dari lima kamar, dengan pemandangan ke hutan, berada ditengah sawah warga. Apalagi pas kami kesana sawahnya mulai menguning, sehingga terasa suasana ndeso-nya. Air mineral tersaji di depan kamar. Untuk makan ada dapur dan ruang makan terbuka di sudut penginapan, jadi bisa makan sambil menikmati panorama sekitar. Selain menu yang sudah disediakan, kami juga bisa meracik dan memasak menu sendiri.


Hujan sudah reda walaupun sesekali tetesan air turun dari langit. Kami berjalan menuju Pantai Ciantir. Tak perlu waktu lama buat kami menuju pantai berpasir putih ini. Hanya beberapa langkah saja melewati sawah kami sudah berada di pantai.


Cuaca memang nggak cerah seperti yang kami harapkan. Buat motret pun memang nggak ‘mendukung’. Photography is not about weather, but it’s about moment (baca: hibur diri). Nilai positif dengan cuaca mendung jadi kan kulit nggak gosong kebakar matahari. Jalan-jalan di pantai juga bisa lebih santai. Woles pokoknya!

Dengan hamparan pasri putih yang super luas, kita bisa menikmati berbagai macam kegiatan. Tentu saja kegiatan yang umum semacam mandi di laut. Ngubur teman dengan pasir dimana kepala yang masih nongol. Bermain volly, hingga bernarsis ria. Loncat-loncatan juga nggak ada yang ngelarang.



Sesekali gerimis kecil turun. Membuat kami harus berteduh sebentar di saung-saung terdekat. Kebetulan saungnya kosong.


Setelah gerimis reda kami melanjutkan berjalan menuju Tanjung Layar. Menyusuri pantai dengan pasir putih, berjalan diantara karang sambil memperhatikan langkah. Dengan sesekali kami bertemu hewan laut, semacem ikan-ikan kecil dan laba-laba laut yang bersembunyi di celah-celah karang. Juga ada keong laut yang malu-malu ngumpet di balik cangkangnya.



Tonjolan batu runcing besar terlihat di balik kebun dan saung warung. Ya... itulah dua buah batu yang menjadi ‘ikon’ Pantai Tanjung Layar. Memang tak berlebihan tempat ini menjadi favorit para fotografer buat mengabadikannya. Apalagi sewaktu sunset. Batu yang menjulang, karang yang eksotis, dan deburan ombak membuat tempat ini paling recomended buat hunting yang menjadi incaran para fotografer.


Mungkin kami tak seberuntung para fotografer yang mengabadikan sunset Tanjung Layar. Cuaca mendung memang menjadi kendala buat menghasilkan gambar foto yang ciamik. Tapi aku tak kecewa banget, soalnya mendung seperti ini juga tak menjadi masalah. Malah bisa bikin hasil foto yang tak umum.


Hari semakin sore. Petang datang dan harus berganti malam. Waktu mau pulang hujan turun. Terpaksa harus menunggu hujan reda di saung-saung yang dijadikan warung menjual aneka snack dan kelapa muda.


Setelah hujan reda kami berjalan pulang. Melewati kebun-kebun, dengan suara deru ombak air pasang. Berjalan di jalan setapak yang becek, dan diselimuti petang yang semakin gelap. 

Tidak ada komentar: