Kesan
pertama yang ada dibenak saya ketika berkunjung ke ABCD Coffee (a bunch of caffeine dealers) adalah tempat ngopi yang didirikan oleh sebuah
komunitas. Setidaknya penilaian saya berdasar pada keakraban antar sesama
pengunjung. Berbicara santai, bercanda lepas dan tak ada identitas kentara
antara barista dan pengunjung selain celemek yang dikenakan.
Kami
berkenalan dengan Hendri –nama panggilan, penggagas warung kopi atau warkop
bernuansa café. Saya bilang warkop karena berlokasi berada di tengah-tengah
masyarakan –pasar, dan bernuansa café karena minuman kopi yang disajikan tidak
ada kopi seduh biasa atau kopi tubruk, melainkan kopi yang diramu oleh barista
dengan mesin brewing yang tentunya
berkelas. Dugaan saya ternyata salah, café ini bukan didirikan atas komunitas. Hendri
ingin menghadirkan sebuah warung kopi yang dekat dengan masyarakat. Tempat minum
kopi tidak harus berupa café yang lazim di Indonesia. Inspirasi mendirikan tempat
ngopi di pasar ingin seperti di
Jepang dan Italia, mereka biasa mengantri hanya untuk meminum sebuah cappuccino.
Kami
memesan kopi hitamn, espresso, dan cappuccino. Saat dicicipi awalnya
tawar-pahit tanpa gula, namun itulah kenikmatannya disini. Semua disediakan
dengan sangat minimalis, tak ada sofa nyaman, tak ada cemilan pendamping kopi,
dan tentunya tak ada pendingin ruangan, namun antusias penikmat kopi tak surut.
Sebuah café yang didirikan dengan sederhana dan tempat yang tak jamak, mampu
menarik orang berduyun-duyun datang ke Pasar Santa ini.
***