Langit
biru, air laut jernih dan tenang, pantai berpasir putih, cuaca cerah, bisa
berenang sambil nikmati sunset,
bangun pagi sudah disuguhin sunrise,
dan malam hari bertabur bintang dan sinar bulan, sungguh pelarian yang mengesankan.
Sempurna! Ya, itulah sekelumit kata-kata buat menggambarkan suasana Tanjung
Lesung, Banten.
Kami
tiba di Tanjung Lesung sore hari. Jadi kami tak ketinggalan buat menikmati sunset plus menyiapkan menu makan malam.
Dua buah tenda kami dirikan, peralatan kami keluarkan. Apalagi acara
masak-memasaknya dengan latar sunset,
beuh..!! nambah asoy aja suasananya. Kami membuka hasil belanjaan dari Pasar
Muarabinuangeun: ikan kakap merah dan tongkol segar, kangkung, bumbu-bumbu, dan
ketinggalan tempurung (batok) kelapa yang sengaja banget diborong Jhon buat BBQ-an. Komplit!
Soal
memasak kami serahkan kepada Jhon. Katanya dia akan memasak ikan bakar yang
super lezat. Kami tak mau mengganggu keinginannya yang besar itu, cuma bisa
bantu menyiapkan segala yang perlu dibantu, semacem
nyiapin api, potong-potong cabe, plus membersihkan peralatan memasak.
Urusan resep dan cara memasaknya serahkan semuanya kepada Jhon. Kami tinggal
makan aja. Okelah kalo begitu!
Saking demennya
dia masak, bumbu sekecil apapun tak luput dari perhatiannya. Takaran sekecil
apapun dia perhatiin. Detail banget.
Bahkan bawang merah yang hanya kurang beberapa biji aja, nggak ada toleransi.
Bisa mempengaruhi citarasa. Sorry Jhon,
kita emang kurang teliti. Kirain kita masih banyak. Ngeles!
Sunset udah
mau menyambut kita. Oke sementara
bahan buat masak sudah kita siapkan makanya kita langsung nyemplung ke laut. Airnya yang jernih dan ombaknya tenang, plus lautnya landai membuat acara mandi
asyik banget. Apalagi di sebelah barat ada sunset,
nambah amazing aja.
Malamnya,
sambil ditemani bulan separo kami memanggang ikan dan memasak tumis kangkung saur
teriyaki (beuuhh…!!). For assignment: masak nasi serahkan ke
Niko, tumis kangkung ditangani Dahlia, Jhon bareng Chevy yang urusan panggang-memanggag
ikan dengan bumbu yang telah dibikin
Jhon, sementara aku mengiris semangka buat cuci mulut. Sialnya gara-gara ngiris semangka jari tangan jadi keiris
juga. Untungnya ada Chevy sang dokter hewan yang membantu merbanin luka pake tissue
(berhubung kotak P3K-nya nggak kebawa).
Katanya, dokter hewan itu nggak cuma
bisa nanganin –pasien- hewan aja, tapi manusia juga. What?!!!
Selesai
dinner, api unggun kami nyalakan.
Apinya sengaja nggak dibikin gede-gede,
soalnya cepet abis nyalanya. Kita leyeh-leyeh didepan api unggun.
Sementara ditemani oleh suara ombak yang sayup-sayup. Di langit bulan separo
kelihatan samar-samar dibalik awan yang tipis. Tapi sayangnya bintang-bintang nggak keliatan, mungkin kalah sama sinar bulan kali ya?
To be continued…