Pada
suatu hari (jadi kayak dongeng…),
beberapa anak-anak mandi di sungai Cikawung. Tak seperti biasa, mereka
merasakan hal yang berbed. Ada hal yang janggal. Tubuh mereka terasa geli,
serasa ada sesuatu yang menggigiti kulit mereka. Tak dinyana beberapa ikan-ikan
kecil mengerubungi tubuh mereka dan menarik sesuatu yang menempel pada kulit
mereka.
Kontan
saja, kejadian ini mereka utarakan pada orang tua mereka. Dan beberapa orang
mulai menyelidiki kebenaran informasi tersebut. Dalam beberapa hari informasi
ini terus menyebar dari mulut ke mulut. Mulai dari tetangga, teman, rekan-rekan
hingga bahkan menyebar melintasi desa, kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi.
Hingga
kini berbondong-bondong orang datang untuk ‘terapi ikan’ di Sungai Cikawung,
yang berada di perbatasan Desa Panimbang dan Desa Bantarpanjang, Kecamatan
Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah untuk kesembuhan semata.
Beberapa
literatur menyebutkan terapi ikan dapat mempercepat pertumbuhan kulit, melepas
kulit mati, mengaburkan bekas luka, peremajaan kulit, bahkan memperlancar
sirkulasi darah.
Titik
yang banyak ikan-ikan ini adalah di dusun Cikadu dan Cibubuay. Kini sudah
banyak orang yang merasakan manfaat adanya ikan ini. Tinggal datang mencelupkan
kaki atau anggota tubuh lainnya kedalam air sungai. Atau juga bisa menyewa
kursi yang disediakan oleh petugas, kemudian tunggu, dan beberapa ikan akan
menggigiti kulit.
Beberapa
cerita yang sempet didengar dari
petugas disini yang menurutku agak lebay. Ada
penderita stroke yang empat kali
datang untuk terapi. Pada terapi yang keempat, dia datang dengan dibopong, dan
pulang sudah bisa berjalan. Padahal apa hubungannya penyakit stroke dengan ikan? Entahlah. Namun
memang begitu adanya.
Dampak
dari fenomena ini, ekonomi warga sedikit terbantu. Beberapa ada yang
menyediakan jasa parkir kendaraan, sewa kursi, dan menyediakan kudapan semacam
kopi, teh, aneka gorengan dan jagung rebus. Di antara kudapan itu jagung rebus
yang paling banyak peminatnnya. Bahkan ada yang sampai meninggalkan profesi
sebelumnya beralih menjual jagung rebus karena keuntungan yang diperoleh lebih besar
disbanding sebelumnya. Selain itu ada disediakan kotak sumbangan yang tertulis
nama masjid.
Belum
ada kajian ilmiah mengenai hal ini. Juga belum diketahui jenis ikan apa yang
menjadi buah bibir masyarakat ini. Dan begitu pula sepertinya masyarakat yang
belum mengerti dan menjaga kelestariannya, karena banyak sampah plastik dari
kudapan yang dibuang begitu saja. Semoga ini bukan fenomena sesaat saja, dan
meninggalkan cerita yang hanya angin lalu.
***
2 komentar:
sering2 posting mas....mampir juga di www.penjahitnanda007.blogspot.com
siap Kang!!
Posting Komentar