Bangun kesiangan.
Memang mata susah dibuka. Tidur baru bisa jam tiga pagi, sejam kemudian
kebangun gara-gara Heru. Dan tak bisa tidur. Setelah subuh, baru deh dipaksaain buat tidur lagi. Bablas sampe jam setengah sembilan pagi.
Acara ngadem di basecamp ARA –Akar Rumput Adventure- (dulunya basecamp Yayasan Survival Indonesia –YSI-) berjalan sukses. Walaupun ngedadak planing-nya. Dengan ngajak kru dari ARA. Kita memang berangkat
udah tengah malam dari Jakarta, untuk menghindari macet ke di Tol Jagorawi plus
Puncak. Nyampe sono ya udah masuk waktu qiyamul lail. Plus pake
acara ngobrol hangat dengan Emon,
sang ‘juru-kunci’ basecamp. Dan
Keluarga om Chepy
juga sudah datang duluan. Reuni deh!
Melongok keluar dari balik
jendela, cuaca agaknya cerah. Pemandangan hijau perkebunan warga sejuk dilihat.
Disisi kiri kami ada Gunung Gede-Pangrango.
Sarapan pagi udah disiapin sama Tante Bayu, dan Emon.
Membeli nasi kuning, plus chicken wing,
plus gorengan. Nasi kuningnya unik, dibungkus dengan daun pisang, sehingga ada
sedikit aroma daun pisang yang nyesep
ke nasi. Gurih. Tak ketinggalan pula secangkir kopi dan teh hangat, untuk
memulai hari.
Sebenernya kami
tak muluk-muluk weekend disini. Tak
ada rencana khusus mau ke spot rekreasi mana. Cuma ngadem doang. Memang sih
sudah bawa kamera. “Udah bawa kamera malah tidur (pagi)” kata bang Jack. “Ngantuk banget Om, abis subuh mending tidur”
jawabku ngeles.
Aku dan Niko
keliling sekitaran YSI. Menikmati pasar yang mulai rame. Lapak-lapak yang mulai dibuka. Riuh dengan lalu-lalang orang-orang. Ada yang nawarin keripik bayam. Asongan stroberi
yang memelas supaya dagangannya dibeli, dan lain-lain terkait dinamika pasar.
Udah sore, aku pun kembali ke
pasar yang ada disekitaran. Rame
pula. Menikmati keramaian pasar. Tawar-menawar
antara pembeli dan penjual.
Menjelang magrib, awan
sunset plus kabut bikin mata tak
lepas melihat, nahan kedip. It’s
wonderful.