“Jika
Anda memotret, maka Andalah kawan saya”
Itulah kalimat pembuka
pada workshop Travel Photography
(fotografi wisata) yang dipresentasikan oleh Goenadi Haryanto, seorang travel photographer yang sudah tak asing
lagi ditelinga kita. Beliau ikut berpartisipasi dalam rangkaian pembukaan Pameran
Fotografi Arius Karman, Ruang Meeting Omni Hospital, Alam Sutera, Serpong.
Slide
disajikan dengan sangat simpel. Hanya beberapa slide yang berisi ‘tulisan’ sebagai pengantar, selebihnya berupa
foto-foto dari perjalanannya. Di pengantarnya, banyak genre travel photography, seperti:
- Fotografi alam (nature, sceneries, flora, fauna, wild life, cityscape) yang dapat dikelompokan menjadi alam ciptaan Tuhan dan karya manusia.
- Fotografi manusia dan kesehariannya (human interest), street photography, man vs food, dan the working people.
- Fotografi budaya, kegiatan atau ciptaan manusia dalam konteks tradisi, festival, perayaan adat dan lainnya.
Lalu sebagai sebuah seni
visual, apa kriteria foto yang bisa dikatakan bagus? “Foto bagus adalah foto
yang hanya buat diri sendiri, tak ada pembandingnya” ungkapnya. Tentu saja ini
hanyalah guyon belaka. Ada beberapa
hal yang patut diperhatikan untuk menghasilkan foto yang bagus:
- Memuaskan diri sendiri. Pada saat meng-capture, berarti anda telah memilih sesuatu yang bagus (objek).
- The right time, the right place, good light, adn good object. Beliau menceritakan bahwa sebuah objek yang dianggap ‘mengganggu’ dalam tampilan foto yang akan dihasilkannya tak harus objek tersebut diperlakukan ‘tak-bijak’, menebang pohon misalnya. Bahwa faktor lucky-lah yang paling berperan dalam menghasilkan foto yang bagus. Memang saat golden hours (faktor the right time) akan menghasilkan foto yang indah, namun siapa sangka saat hujan pun bisa menangkap momen indah untuk fotografi.
- The right equipment. Nggak lucu kan mau motret pemandangan dengan lensa tele? Dan nggak perlu peralatan fotografi yang mahal untuk menghasilkan foto yang bagus.
Beliau juga mengatakan
bahwa memotretlah selalu berpegang pada tiga hal: memotret dengan long shot, medium shot dan close up. Dan yang paling penting,
setiap foto harus membawa pesan kepada penikmat foto.
Akhirnya presentasi
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Cukup antusias pula para peserta yang
mengikuti workshop ini.
Sambil makan siang
bersama, disisipi pula presentasi travel
photography oleh Adhi Rachdian. Kemudian acara ditutup dengan sesi foto
bersama (kalau yang ini wajib hukumnya bagi orang Indonesia).
***
Mungkin inilah pengamalan
dari workshop tadi. Baru saja keluar
dari pintu parkir Omni Hospital, aku dan Niko nongkrong santai sambil menikmati kopi, es krim, dan kentang goreng
McDonald. Tak lupa memotret makanan yang kami nikmati sebagai sebuah karya dari
travel photography –food- *ngeles!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar