“Yuk ke Pangandaran” suara Ibu tiba-tiba membuka sebuah ide piknik
keluarga. Aku dan kakakku berpikir sejenak. “Ayo aja” jawabku. Kemudian kami berembug
membuat sebuah acara piknik yang asyik buat keluarga. Sudah lama memang
keinginan buat ngajak keluarga piknik
bersama, apalagi ini pas banget momen di libur akhir tahun.
Kami lalu mulai
memikirkan soal transportasi. Ibu langsung menelepon keponakannya (sepupu)
untuk meminta bantuan perihal kendaraan yang bisa mengangkut seluruh keluarga,
ada tujuh orang: ayah, ibu, kakak dan putranya (ponakan), plus kedua adiku. Tak
lama telepon dari sang sepupu mengabarkan bahwa mobil yang kami minta ada.
Harga dan waktu sudah deal.
“Berangkatnya besok, jam enam pagi” pinta Ibu mengabarkan via telepon pada sang
ponakannya.
Pangandaran memang sudah
terkenal sebagai objek wisata pantai sejak dulu. Sudah sekitar tiga kali aku
mengunjungi pantai ini. Namun Ibu sudah lama tak menjamah pantai ini. Bahkan
ponakan dan adiku belum pernah kesana sama sekali (makanya mereka seneng banget). Dan pertimbangan jarak yang tak terlalu jauh dari
tempat tinggal kami, di Cimanggu, Cilacap. Jadi merupakan pilihan yang tak
salah buat piknik keluarga.
Pantai Pangandaran sudah
bisa dikatakan bosen buat aku jamah.
Sedangkan Green Canyon, rasanya tak mungkin kami kunjungi dengan alasan agak
bersifat petualangan, sedangkan yang kami bawa para orang tua dan anak-anak (lebih
tepatnya adiku dan ponakan). Maka jatuhlah pilihan pada Pantai Batu Karas.
Selain karena belum pernah kami kunjungi juga atas rekomendasi teman yang sudah
mengunjungi pantai ini. Cocok buat destinasi keluarga.
Tepat waktu, pukul
05:30-an sang sopir dan mobil yang kami carter
datang menjemput kami. Ibu yang sudah menyiapkan bekal piknik juga sudah siap
untuk diangkut. Jadilah kami berangkat near
on time dari jadwal yang sudah disepakati.
Kami berangkat dan pulang
lewat jalan yang sama, via Sidareja, dan keluar di Kalipucang. Pilihan jalur
alternatif yang pas. Sebenarnya lewat Banjar Patroman juga bisa, pertimbangan
kami, melewati jalan situ bisa dipastikan lebih ‘ramai’ karena ini peak season.
Batu Karas memang agak
jauh dari Pantai Pangandaran. Berjarak sekitar 34 km dari Pangandaran, dengan
waktu tempuh dua jam. Seperti sudah umum di Indonesia, jika destinasi yang dikunjungi
indah pasti perjalanannya penuh ‘perjuangan’. Kondisi jalan sepanjang
Pangandaran-Batu Karas, bergelombang, penuh kubangan air mirip kandang babi.
Poster protes warga juga terpasang di jalan yang kubangannya lebih buruk,
meminta pada para pemimpin negeri supaya memperbaiki jalan tersebut. Fyuh..!
Tiba di Pantai Batu
Karas, keluarga langsung menggelar tikar, maklum belum sempat sarapan. Yah...
sarapan yang kesiangan atau makan siang yang kepagian, entahlah. Karena aku
sudah sarapan, maka langsung ngacir mencari
objek buat foto-foto.
Pantai Batu Karas sedang
didatangi banyak turis. Karena adanya libur akhir tahun dan libur sekolah.
Sehingga banyak sekali para keluarga yang mengunjungi pantai ini. Berenang di
pantai merupakan kegiatan yang fardhu
‘ain untuk dilakukan. Walaupun banyak bendera bertuliskan larangan berenang
disalah satu spot pantai, namun rupanya sedikit yang menghiraukan peringatan
tersebut. Padahal spot pantai yang aman sudah ditentukan.
Selain berenang, juga
bisa menikmati banana boats, rolling
donuts, body surfing, dan surfing.
Tentunya untuk menikmati kegiatan yang memacu adrenalin ini harus merogoh kocek
yang tak sedikit. Pastinya, kegiatan yang menantang ini banyak diminati turis
remaja.
Satu jam kemudian, kami
bertemu kembali dengan keluarga. Kami langsung menuju salah satu spot pantai
yang lain. Aku tunjukan pantai menurutku yang indah, karena aku telah survey kecil-kecilan ketika mereka makan
tadi. Yang pertama aku tunjukan pantai ‘mungil’ berpasir yang diapit karang.
Kebetulan tempat ini sedikit yang mengunjungi sehingga adik dan ponakanku asyik
bermain air disini. Serasa milik pantai sendiri!
Pantai yang kedua
tentunya juga tak juah beda dengan yang pertama, sama-sama diapit oleh tebih
karang. Namun sayang pantainya berbatu sehingga adik dan ponakanku tidak
menikmati pantai ini untuk berenang.
Hari sudah siang. Langit
mulai hitam mendung. Tak lama kemudian hujan deras turun.
Kami lanjutkan ke
destinasi berikutnya. Tentu saja pilihannya spot yang bisa dinikmati dan aman
bagi anak-anak. Pantai Pangandaran menjadi destinasi pilihan berikutnya.
Kali ini, Pantai
Pangandaran mirip sekali dengan pasar. Hilir mudik banyak turis plus penjual
yang menajajakan dagangannya. Mulai rujak beubeuk,
jasa sewa kursi (zya ampun, tempat
duduk aja nyewa!), sampai sewa
perahu.
Langit hitam mendung
masih menghiasi langit. Namun antusias wisatawan yang mau menikmati Pantai
Pangandaran dengan berenang tak surut. Banyak anak-anak kecil, remaja dan
keluarga mandi. Adik dan ponakanku rupanya tak seantusias untuk mandi
dibandingkan dengan di Pantai Batu Karas. Alasannya terlalu rame.
Oke
deh,
waktu sudah sore. Saatnya kami harus pulang. Melewati jalur yang sama ketika
kami berangkat tadi. Seneng rasanya
bisa ngajak keluarga liburan.